Senin, 12 November 2018

Euforia dan objektivitasnya, Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu Pertemuan Keempat

Pertemuan keempat tidak seperti biasanya, meskipun tetap pada hari selasa, 2 oktober 2018 , hal ini dikarenakan Bapak masih mengikuti rapat tetapi Bapak tetap mengharapkan mahasiswa pascasarjana pendidikan matematika A tetap berpikir dan tetap terjadi proses pembelajaran karena pada akhirnya,  Bapak akan tetap masuk setelah menyelesaikan rapat. Bapak memberi tugas agar setiap mahasiswa membuat tiga pertanyaan tentang apa saja, kemudian mahasiswa lainnya akan mencoba menjawab pertanyaan dari temannya di kertas yang sudah disediakan oleh Bapak. Setelah satu kelas menyelesaikan tugas yang diberikan, satu kelas berinisiatif untuk melakukan sesi foto mengingat hari itu bertepatan dengan hari batik nasional, dan satu kelas sepakat untuk memakai kemeja batik hal ini juga dikarenakan Bapak belum memasuki kelas.
Saya sendiri sebagai bagian dari kelas, merasa salut akan inisiatif teman-teman yang menggunakan batik dan melakukan sesi foto sebagai wujud kebanggaan menggunakan seragam batik. Satu hal positif lagi adalah, teman-teman tetap menunggu kedatangan Bapak, Semuanya mulai memposisikan diri dengan baik dan rapi, agar hasil foto menjadi bagus dan rapi. Setelah beberapa jepretan, Pak Marsigit memasuki ruangan kelas, euforia benar-benar terjadi dikelas karena berfoto dengan seragam yang sama adalah suatu kesempatan yang ditunggu oleh satu kelas. Kemudian mahasiswa mempersiapkan diri, mengatur posisi duduk setelah Bapak memasuki kelas, sedikit terkejut dengan kehadiran Bapak dan sedikit khawatir akan reaksi Bapak yang melihat saya dan teman-teman melakukan sesi foto.
Tetapi Bapak tidaklah memberi reaksi yang menakutkan. Bapak justru mengaitkan euforia dengan filsafat. Bahwa euforia terbagi atas beberapa tingkatan, yaitu riuh rendah, riuh tinggi, dan riuh sedang. Euforia juga dapat ditingkatkan dari euforia, material, formal dan normatif, sampai ketingkat spiritual. Pak Marsigit kemudian mejelaskan bahwa euforia spiritual tidak dapat terdengar oleh telinga dan tidak dapat terlihat oleh mata. Dari penjelasan Pak Marsigit, kemudian muncullah pertanyaan tentang euforia dari Totok yaitu apakah euforia dapat timbul dari rasa takut? Kemudian Bapak menjawa dengan mengatakan bahwa euforia dapat dilabelkan sebagai positif atau negatif.
Dalam filsafat terdapat objektivitas. Rasa takut tersebut apakah positif atau negatif. Karena dalam sudut pandang filsafat, kebenaran umum belum tentu benar sifatnya. Filsafat adalah penjelasan manusia, bagaimana manusia memikirkannya. Kalau yang menjawab adalah Bapak Prof Marsigit maka yang mendengarkan telah tertimpa sifat Pak Marsigit.Sebenar-benar hidup adalah ketertimpaan antara sifat. Kalau tidak ada ketertimpaan maka tidak bisa hidup. Contoh yang sering dilakukan manusia sehari-hari adalah bernafas, hidung tertimpa oleh oksigen. Jika itu tidak terjadi maka manusia tidak bisa hidup . Dalam hal lainnya adalah memandang, peristiwa memandang adalah peristiwa pandangan satu orang menimpa pandangan orang lain. Contoh lainnya adalah Ketika manusia memikirkan orang yang ia cintai, maka pikirannya sudah menimpa dia. Begitu pula dengan berdoa, ketika kita mendoakan orang lain, maka doa kita sudah menimpa orang tersebut. Itulah sebabnya manusia tidak boleh mendoakan yang jelek.
Bencana alam seperti tsunami, gempa bumi adalah sifat yang menimpa sifat lain. dengan begitu, dalam filsafat setara antara gempa bumi, tsunami, rumah ambruk, dengan manusia memandang satu sama lain. Pertanyaan  lainnya kemudian disampaikan oleh Ibrohim,  Bagaimana cara berpikir dalam berfilsafat, kita harus berpikir intensif dan ekstensif. Bagaimana kita tau kita sudah berpikir demikian? Pak Marisigit merespon dengan kalimat sebagai berikut,  ekstensikan, bagaimana kita.
Kita itu siapa. Satu orang yang mudah terjebak, satu level menganggap semuanya sudah. Bagaimana binatang berpikir, tumbuhan mampu berpikir.Kalau tidak mau berpikir, artinya sudah selesai, manusi tidak bisa berfilsafat.Berfilsafat adalah bagaimana penjelasanmu, seberapa jauh uraianmu itu tetapi tidak menjelaskan bahwa penjelasn adalah penjelasan. Bukan penjelasan tapi penjelasan.Binatang,tumbuhan, batu yang berpikir itu seperti apa. Batu cenderung di bawah, pasir di atas, dan selalu begitu.Batu besar cenderung sulit hanyut.Jadi pikiran parabatu adalah kodratnya. Pikiran parabatu merupakan hukum alam .Hukum alam terdapat sifat,naluriah.Karena suatu hal,keadaan. Keadaan satu menarik keadaan lain. Keadaan menimpa atau keadaan yang ditimpa.Setiap saat manusia menimpa atau ditimpa.Maka sebenar-benar hidup adalah sifat.
Karena waktu perkuliahan, maka sesi pertanyaan juga sudah berakhir, namun sebelum benar-benar menutup perkuliahan Bapak kembali mengingatkan tentang tugas dalam mengomentari blog Bapak Marsigit, yaitu adalah harus ikhlas dalam hai dan pikiran, tidak memanipulasi dan tidak tergesa-gesa serta tidak perlu bingung Semakin panjang semakin melengkapi dunia ini.Kalau pendek akan cenderung otoriter.Kematian ada dimana-mana,di darat, dilaut, atau bahkan diblog. Arti ikhlas dalam pikiran adalah memahami apa yangh ditulis dan apa yang dibaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Filsafat Pendidikan Matematika Oleh: Agnes Teresa Panjaitan ( 187092510 1 3 ) Prof. Dr. Marsigit, M.A M...