Pada pertemuan
kedua,18 September 2018, pukul 15:30 diruang yang sama, perkuliahan diawali
dengan menyusun bangku agar mahasiswa dapat fokus pada perkuliahan dan
mendengar perkuliahan Pak Marsigit, perkuliahan dibuka dengan memulainya dengan
doa. Setelah itu perkuliahan dimulai dengan adanya kuis berupa beberapa soal
jawab singkat. Setelah menjawab soal, maka siswa diminta untuk menuliskan satu
pertanyaan mengeni apa saja dibalik kertas jawaban kuis. Pak marsigit tak lupa
mengingatkan mahasiswa untuk melakukan proses perekaman dalam perkuliahan.
Pertanyaan
pertama yang dijawab oleh Bapak adalah Bagaimana
mencapai pemikiran tingkat dewa, pertanyaan
ini ditanyakan oleh Seftika. Berikut adalah rangkuman dari jawaban Bapak
semuanya diawali dengan pikiran dan mengerjakan pikiran, hal ini dapat menjadi
setengah dari perjalanan menemukan jawaban. Tidak cukup dengan mengerjakan apa
yang dipikiran, manusia perlu untuk berdoa, karena berdoa juga adalah setengah
dari proses menuju sebuah jawaban. Bapak kemudian memberi sebuah contoh nyata
dalam dunia mahasiswa, sebagai mahasiswa, maka mahasiswa wajib untuk memikirkan
perkuliahannya,ketika dituntut untuk melakukan pembayaran, memikirkan cara
membayarnya, ketika dituntut untuk melakukan tugas pikirkan dan lakukan tugas
yang diberikan. Saya kemudian teringat akan apa yang menjadi target atau tiket
untuk yudisium, hal ini berarti saya harus memikirkan bagaimana saya bisa
melewati tahapan ini dengan baik.
Dalam
hal ini Bapak menambahkan bahwa dalam berfilsafat belum tentu
Sehingga dalam
berfilsafat tidak ada tahap jelas dan akan berbahaya jika filsafat sudah sampai
pada tahap jelas.Ketika filsafat sudah sampai pada tahap jelas, maka
kecenderungan yang terjadi adalah malas untuk berfikir. Disisilain,
sebenar-benarnya filsafat adalah berfikir. Pertanyaan kedua adalah pertanyaan
tentang apa yang ada dalam blog Bapak yaitu What is the secret of happiness?
Pertanyaan ini ditanyakan oleh Diana. Dalam menjawab pertanyaan ini pak
Marsigit memberikan pengantar tentang kualitas pertama dari seseorang yang
dilihat dari mata orang lain. Berlaku kesalahan dalam hal ini, misalnya jika
ada penyakit pada mata. Tetapi ada sisi lain selain dari pandangan mata, yaitu
siapa diri seseorang itu sebenarnya.
Pak Marsigit kemudian memberi satu
arahan untuk menunjuk bagian dari dirinya yang menyatakan bahwa itu adalah
dirinya, maka berbagai macam tindakan yang terlihat dan hal ini menunjukkan
bahwa manusia tidak berlaku adil pada dirinya sendiri. Sehingga tidak ada
satupun di dunia ini yang dapat menunjukkan dirinya sendiri selain Tuhan.
Manusia tidak akan bisa menunjuk dirinya sendiri. Dari segi kelengkapan,
manusia adalah bermilyar pangkat bermilyar, manusia tidak akan sanggup
menunjukkannya, Sehingga dari cakupan kebahagiaan, manusia tidak akan mampu
mencapai keseluruhan kebahagiaan. Keseluruhan hanya milik sang pencipta,
sehingga yang dapat saya simpulkan adalah hanya dari sang penciptalah
kebahagiaan didapatkan. Pak Marsigit juga menambahkan bahwa kualitas kedua dari
diri manysia adalah apa yang ada didalamnya, yang tidak kelihatan dengan mata.
Seperti pikiran, darah, tulang dan lain sebagainya. Sehingga manusia adalah
perwakilan dunia, ketika seseorang mencederai orang lain, orang tersebut telah
mencederai dunia apalagi jika membunuh. Artinya ia membunuh dunia, satu dunia
telah kiamat.
Pertanyaan
selanjutnya adalah pertanyaan oleh saya yang saya dapatkan selama saya membaca
blog Bapaj. Beberapa tulisan Bapak menyampaikan filsafat adalah diri kita
sendiri. Bagaimana agar kita mengerti diri kita sendiri. Jawaban bapak atas
pertanyaan ini adalah Pikirkan dan doakan, Bapak mempersilahkan siapa saja
untuk menebarluaskan filsafat karena filsafat itu apa saja dan siapa saja.
Namun ranah filsafat tidak dapat dicampurkan dengan ranah spiritualitas,
sehingga ketika pikiran berfilsafat berbeda dengan apa yang diyakini, maka
tidak perlu ditindak lanjuti dalam dunia pikiran. Sebingung-bingungnya pikiran
adalah dipikiran, jangan sampai bingung di hati. Karena hati adalah dasar
keyakinan kita.
Pertanyaan selanjutnya seperti
menjadi sambungan untuk penjelasan filsafat dan spiritualitas. Pertanyaan yang
disampaikan oleh fani ini adalah: Bagaimana pandangan filsafat tentang menilai
spiritualitas diri sendiri? Penjelasan Bapak adalah sebagai berikut: Jika filsafat
adalah dirimu, spritualitas adalah dirimu. Maka jangan sekali-kali
menggambarkan spritualitas dengan dunia. Karena dunia tidak mencukupi. Karena
spiritualitas meliputi dunia dan akhirat.
Selanjutnya pertanyaan diberikan
oleh erma, bagaimana cara mencapai rendah hati yang sesungguhnya. Bapak
menjabarkannya sebagai berikut. Pertama adalah dengan ikhtiar atau berserah
kepada sang Pencipta, meminta pertolongan. Karena tidak ada mahluk didunia yang
mampu mengusir setan kecuali Tuhan Yang Maha Kuasa. Dan sedikitpun keraguan
yang ada dalam hati tidak bisa dihilangkan kecuali atas bantuan Tuhan. Maka
karena godaan setan yang ada terus menerus, manusia harus valid dan kontinu.
Sebenar-benar manusia adalah dalam keadaan berdoa. Dalam
filsafat akhiran adalah awalan. Rasa syukur boleh di akhir atau di depan.
Pertanyaan
selanjutnya adalah dari yuntaman, menanyakan tentang bagaiman mensinkronkan
hati dan pikiran dan mana yang harus didahulukan? Bapak menjawab pertanyaan ini
dengan mengibaratkan hati sebagai roda bawah dan pikiran adalah roda atas,
dalam menempuh perjalan roda akan selalu berputar. Sehingga setiap
hari kita perlu memikirkan perasaan kita dan merasakan pikiran kita. Seperti bumi mengelilingi matahari, tidak akan sampai
pada tempat yang sama selama hidup. Disamping dia berputarpada porosnya, dia
juga mengelilingi matahari. Begitupun
manusia, berputar pada porosnya (hati dan
pikiran), makan sehat setiaphari,bangun tidur, melakukan hal demikian setiap
hari tapi engkau tidak menyadarinya. Jadi sebenar-benar hidupitu adalah sesuai
dengan lintasan bumi. Itu adalah contoh yang diberikan Tuhan. Kalau orang Yunani
mengatakan hermenitika, orang Jawa mengatakan cokro manggilingan. Jadi
perjalanan manusia
siklik dan linear digabung.Berbeda dengan
orang Amerika yang berpikir linier.
Pertanyaan
penutup yang dijawab mengingat keterbatasan waktu adalah pertanyaan dari Widi,
yaitu apa yang dilakukan jika manusia masuk surga. Bapak memberikan respon
bahwa spiritual ranah yang hanya dapat dijawab berdasarkan keyakinan masing-masing.
Sehingga hal ini termasuk dari pilihan masing-masing individu. Setelah menjawab
pertanyaan ini, kelas pun diakhiri dengan berdoa menurut kepercayaan
masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar