Jumat, 21 Desember 2018

Beberapa Paham yang Ada Dalam Filsafat serta Tokohnya Oleh: Agnes Teresa Panjaitan (18709251013)


Beberapa paham dalam filsafat dan tokoh-tokohnyar  (disadur dari beberapa sumber):
1. Konservatisme
1Konservatisme adalah sebuah filsafat politik yang mendukung nilai-nilai tradisional. Istilah ini berasal dari bahasa Latin, conservāre, melestarikan; "menjaga, memelihara, mengamalkan".
            2Istilah konservatisme pertama kali digunakan dalam pengertian modern yang khas dalam konteks ini yakni untuk menunjukan pandagan politik yang dibedakan dengan politik ideologis,ketika Chateubriand (1768-1848 ) member nama conservateur pada sebuah junal yang diterbitkan untuk melawan penyebaran politk baru,dan terutama ide-ide demokrasi yang merupakan perwujudan utamanya.Nama itu kemudian segera dipakai oleh kelompok-kelompok lain yang menentang kemajuan demokrasi setidaknya dalam bentuk-bentuk yang lebih radikal.
Meskipun konservatisme adalah suatu pemikiran politik, sejak awal, ia mengandung banyak alur yang kemudian dapat diberi label konservatif, baru pada Masa Penalaran, dan khususnya reaksi terhadap peristiwa-peristiwa di sekitar Revolusi Perancis pada 1789, konservatisme mulai muncul sebagai suatu sikap atau alur pemikiran yang khas. Banyak orang yang mengusulkan bahwa bangkitnya kecenderungan konservatif sudah terjadi lebih awal, pada masa-masa awal Reformasi, khususnya dalam karya-karya teolog Anglikan yang berpengaruh, Richard Hooker – yang menekankan pengurangan dalam politik demi menciptakan keseimbangan kepentingan-kepentingan menuju keharmonisan sosial dan kebaikan bersama. Namun baru ketika polemic Edmund Burke muncul - Reflections on the Revolution in France - konservatisme memperoleh penyaluran pandangan-pandangannya yang paling berpengaruh.
A.    Tokoh Pemikir
1.       Richard Hooker (1554-1600)
Richard Hooker (Maret 1554-3 November 1600) disebut sebagai founding father dari paham konservatis,dia adalah seorang imam dan teolog berpengaruh  Hooker penekanannya pada hal, toleransi dan nilai tradisi untuk memberikan pengaruh abadi pada perkembangan Gereja Inggris.. Dalam retrospeksi ia telah diambil (dengan Thomas Cranmer dan Matius Parker) sebagai pendiri pemikiran teologis Anglikan.
2.       Edmund Burke (1729-1797)
Burke merupakan anggota parlemen Inggris dan dikenal sebagai bapak konservatisme. Dalam tulisannya Reflections on the Revolution in France (1970), Burke mengkritik keras radikalisme Revolusi Perancis. Menurunya masyarakat itu bukanlah sebuah mekanisme yang bisa dapat dibongkar menjadi beberapa bagian dan kemudian dibangun kembali dengan cara berbeda. Masyarakat adalah organisme yang rentan, dan jika proses tradisi itu terganggu, maka akan timbul sebuah kekacauan (chaos). 

Burker menyatakan bahwa individu membutuhkan bimbingan moral dan kekuasaan, untuk itu Burke mengusulkan hadirya sebuah gereja nasional dan pemerintahan aristokrat ada masa itu. Dia tidak percaya dengan demokrasi, menurutnya demokrasi hanya akan mengubah proses politik menjadi perang antara kepentingan pribadi. Burke mendukung konsep hak milik dan ekonomi pasar, tetapi dia menyatakan bahwa kepentingan individu harus dikendalikan oleh moral. Dia mendesak para pengusaha untuk tetap berperilaku terhormat dalam menempatkan tugasnya demi masyarakat untuk memeroleh keuntungan maksimum. Dia juga ingin aktivitas ekonomi tetap relatif bebas dari intervensi pemerintah, tetapi ia juga percaya bahwa kebebasan membutuhkan struktur kekuasaan untuk menahan keinginan individu. Pandangan Burke jelas beroposisi (Clark, 1991, pp. 72-73). 

3.       THOMAS CARLYLE
Carlyle adalah seorang sejarawan Inggris. Dalam karyanya Heroes and Hero-Worship (1840), dia mengklaim bahwa setiap masyarakat itu membutuhkan pemimpin berwibawa yang bisa menghasilkan sebuah konsensus diantara kelompok yang berbeda. Tidak seperti Burke, Carlyle mengagumi Robespierre dan para pemimpin lain dalam Revolusi Perancis dalam mengambil kesempatan untuk menumbuhkan kembali stagnasi masyarakat. 

Meskipun begitu, Carlyle bukan seorang democrat. Dia menolak kampanye dan pemilihan politik. Dia mengusulkan bahwa individu-individu yang bijaksana sudah seharusnya ditempatkan dalam episentrum kekuasaan. Dia juga tidak sepakat dengan gagasan liberal yang menciderai kebebasan individu. Persaingan individu dalam kapitalisme laissez-faire tidak bisa hidup dalam kebebasan sejati. 

Kemudian untuk mengurangi efek dari pasar, Carlyle mengusulkan bahwa pemerintah harus memikul tanggung jawab regenerasi spiritual dan moral dalam masyarakat. Ditambah lagi, pemerintah bisa memperlancar kapitalisme melalui program bantuan, peraturan dan upaya untuk mereformasi struktur kewenangan disuatu perusahaan.
                 2  https://www.academia.edu/3492214/Konservatisme
2. Liberalisme
            1Liberalisme adalah salah satu paham utama dalam teori hubungan internasional. Liberalisme berasal dari pemikiran liberal pada Zaman Pencerahan atau Renaisans. Isu utama yang diangkat oleh kaum liberalis adalah masalah yang muncul dalam mencapai perdamaian dan kerja sama internasional yang abadi, serta berbagai metode yang dapat berkontribusi menyelesaikan masalah tersebut.
2Ada dua macam Liberalisme, yakni Liberalisme Klasik dan Liberallisme Modern. Liberalisme Klasik timbul pada awal abad ke 16. Sedangkan Liberalisme Modern mulai muncul sejak abad ke-20. Namun, bukan berarti setelah ada Liberalisme Modern, Liberalisme Klasik akan hilang begitu saja atau tergantikan oleh Liberalisme Modern, karena hingga kini, nilai-nilai dari Liberalisme Klasik itu masih ada.
a.      Liberalisme klasik
Prinsip-prinsip dari liberalisme klasik terletak pada pemikiran Jhon Locke, Hobbes,  Adam Smith, dan Spencer yang menyatakan bahwa keberadaan individu dan kebebasannya sangatlah diagungkan. Dan setiap individu memiliki kebebasan berpikir masing-masing yang akan menghasilkan paham baru. Ada dua paham yang menyangkut terhadap liberalisme klasik, yakni paham Demokrasi Politik dan Kapitalisme Ekonomi.
b.      Liberalisme Modern
            Prinsip-prinsip liberalisme modern terletak pada pokok pikiran Keynes (Tokoh Liberalisme Modern/Tokoh Abad Ke-20).Paham liberalisme modern (baru) merupakan antitesa yang mengoreksi prinsip-prinsip fundamental liberalisme klasik (lama) sebagaimana diuraikan Spencer yang sebagian besar pijakan gagasan-gagasannya didasarkan pada pemikiran Adam Smith (1723-1790).
            Prinsip membebaskan individu-individu dalam mengelola dan menjalankan kehidupan ekonominya tanpa melibatkan pemerintah harus dihentikan.Pemerintah harus melakukan campur tangan lebih banyak dalam mengendalikan perekonomian nasional. Keynes mengatakan bahwa kegiatan produksi dan pemilikan faktor-faktor produksi masih tetap bisa dipegang oleh pihak swasta, tetapi pemerintah wajib mengambil langkah-langkah kebijakan yang secara aktif akan dan harus mampu mempengaruhi gerak perekonomian negaranya. Sebagai contoh, pada saat terjadi depresi itu, pemerintah harus mengambil prakarsa melakukan berbagai program atau kegiatan yang secara langsung dapat meyerap tenaga kerja (yang tidak tertampung di sektor swasta), meskipun untuk itu negara harus menggelontorkan anggaran (subsidi) yang sangat besar. Jika tidak, maka pengangguran akan merebak dimana-mana, dan ini tentu berdampak luas dalam kehidupan sosial.
Pada kesempatan lain, Keynes menyatakan bahwa permasalahan politik yang dihadapi oleh umat manusia sesungguhnya terdiri dari kombinasi 3 (tiga) hal yaitu : efisiensi ekonomi, keadilan sosial dan kebebasan individu. Dalam efisiensi ekonomi dibutuhkan adanya sikap kritis, langkah-langkah penghematan dan pengetahuan teknis yang memadai.Menyangkut masalah keadilan sosial, dibutuhkan adanya sikap terbuka yang mengedepankan kepentingan publik atau rakyat banyak.Dan berkenan kebebasan individu, masyarakat manapun sesungguhnya memerlukan adanya sikap toleransi, kebesaran hati dan apresiasi yang tinggi atas keragaman; dan yang paling penting adalah pemberian kesempatan yang seluas-luasnya bagi keinginan dan cita-cita yang tinggi dari setiap warga negara.
                        2 https://www.academia.edu/34822463/Liberalisme
Sehingga dari sumber diatas, berikut adalah tokoh-tokoh pemikir Liberalisme:
Liberalisme Klasik : Jhon Locke, Hobbes,  Adam Smith,
Liberalisme modern: Keynes
3. Humanisme
                Filsafat humanisme berasal dari masa klasik barat dan klasik timur yang dasar pemikiran filsafat ini ditemukan dalam pemikiran filsafat klasik cina konfusius dan pemikiran klasik yunani. Perkembangan aliran humanisme terjadi selama 3 tahap yaitu (1) pada masa tahun 1950-an dan 1960-an selama Renaissance di Eropa pada abad ke-16, gerakan ini muncul karena reaksi terhadap dehumanis yang telah terjadi berabad-abad, sebagai akibat langsung dari kekuasaan pemimpin agama yang merasa menjadi satu-satunya otoritas dalam memberikan intepretasi terhadap dogma-dogma agama yang kemudian diterjemahkan dalam segenap bidang kehidupan di Eropa.
Sehingga pelopor humanis mengatakan bahwa manusia itu bebas dan memiliki potensi sendiri untuk menjalankan kehidupannya secara mendiri untuk berhasil di dunia, di mana setiap individu mampu untuk mengontrol nasib mereka sendiri melalui aplikasi kecerdasan dan pembelajaran mereka. Orang-orang “membentuk diri mereka sendiri”. Istilah erat di mana kondisi-kondisi keberadaan manusia berhubungan dengan hakekat manusia dan tindakan manusia bukannya pada takdir atau intervensi tuhan; (2) perkembangan selajutnya terjadi pada abad ke-18 pada masa pencerahan (aufklarung), di mana tokohnya adalah J.J Rousseu yang mengutamakan pandangan tentang perkembangan alamiah manusia sebagai metode untuk mencoba keparipurnaan tujuan-tujuan pendidikan; (3) berkembang lagi pada abad ke-20 yang disebut humanisme kontemporer, merupakan reaksi protes terhadap dominisi kekuatan-kekuatan yang mengancam eksistensi nilai-nilai kemanusiaan yang ada dalam diri manusia di era modern.

Perkembangan selajutnya adalah adanya peran dan konstribusi dari filsafat eksistensialisme yang cukup memberi konstribusi dalam filsafat pendidikan humatistic yakni sebagai berikut :
1.     Manusia memiliki keberadaan yang unik dalam dirinya berbeda antara manusia satu dengan yang lain.
2.     Memperhatikan makna dan tujuan hidup manusia.
3.     Adanya kebebasan individu yang paling utama dan uni karena mereka mempunyai sikap hidup, tujuan hidup dan cara hidup sendiri.
Hal di atas ini ditujukan melalui pengembangan konsep perkembangan psikologi perserta didik dan metode pengajaran yang sesuai dengan perkembangan humanistic setiap individu, di mana aliran ini memiliki pandangan tentang manusia yang memiliki keunikan tersendiri, memiliki potensi yang perlu diaktualisasikan dan memiliki dorongan-dorongan yang murni berasal dari dirinya.
Tokoh-tokoh pemikir Humanisme: Jean Jacques Roussea, Abraham Maslow, Carl Roger, Frederick Edword
4. Proggresivisme
Progresivisme ditampilkan sebagai aliran filsafat pendidikan yang dapat digunakan sebagai basis epistimologi bagi pengembangan pendidikan partisipasif, setidaknya ada beberapa alasan. Pertama, progresivisme kurang menyetujui adanya pendidikan yang bercorak otoriter, baik yang timbul pada zaman dahulu maupun pada zaman sekarang. Kedua, inti perhatian progresivisme pada kemajuan atau progress. Ilmu pengetahuan yang mampu menumbuhkan kemajuan dipandang oleh progresivisme merupakan bagian utama dari kebudayaan. Ketiga, pengalaman adalah ciri dinamika hidup. Keempat, progresivisme tidak cukup hanya mengakui ide-ide, teori-teori, atau cita-cita sebagai hal yang ada, tetapi yang ada itu harus dicari artinya bagi suatu kemajuan atau maksud-maksud baik yang lain. Kelima, progresivisme mengharuskan manusia dapat memfungsikan jiwanya untuk membina hidup yang mempunyai banyak persoalan yang silih berganti.
Dalam konteks pendidikan modern yang diilhami oleh jiwa renaissance (pencerahan) dengan mengedepankan corak pemikiran rasionalis dan empirik, berkembang sebagai konsep atau teori-teori pendidikan seperti nativisme, empirisme dan konvergensi. Disamping itu muncul aliran progesivisme, essensialisme, perenialisme, dan rekonstruksionisme. Progesisvisme sesungguhnya berkembang pada awal abad 20 di barat, aliran ini lahir sebagai pembaharu dalam dunia filsafat pendidikan terutama pada saat ia tampil sebagai lawan kebijakan-kebijakan konvesional yang diwarisi dari generasi sebelumnya yaitu dari abad 19.
Progresivisme berkembang sejak zaman yunani purba, meskipun baru muncul dengan jelas pada pertengahan abad ke 19. Itu bisa dilihat dari pemikiran-pemikiran filsuf zaman itu, seperti:
Ø  Heraklitus (544-484 SM).  Progresivisme dalam filsafat heraklitus dapat terbaca pada salah satu pemikirannya “sifat yang terutama dari realita adalah perubahan. Tidak ada sesuatu yang tetap di dunia ini, semuanya berubah-ubah kecuali perubahan itu sendiri”. Dengan berpijak pada konsep ‘segala sesuatu berubah’, dapat di maknai bahwa dengan perubahan itu akan tercipta kemajuan atau progresivitas.
Ø  Socrates (469-399 SM). Orang yang berusaha menyatukan epistemologi dengan aksiologi. Ajarannya bahwa “pengetahuan adalah kunci untuk kebijakan, yang berarti bahwa kekuatan intelektual dan pengatahuan yang baik, menjadi pedoman bagi menusia mampu melakukan yang baik” dengan kemampuan itu orang akan terus melakukan perubahan menuju kemajuan.
Ø  Aristoteles (383-322 SM), menyarankan moderasi dan kompromi (jalan tengah, bukan jalan ekstrim) dalam kehidupan. Dengan menghindari ekstrimitas, manusia dapat menggagas perubahan dan kemajuan (progress) secara lebih jernih, sehingga sikap moderasi merupakan salah satu langkah menuju kemajuan.

Pad abad ke 16 muncul nama-nama yang berperan dalam memberikan dasar-dasar bagi perkembangan progresivisme, seperti:
Ø  Francis Bacon (1561-1626), memberikan sumbangan pemikiran dalam proses terjadinya aliran progresivisme, yaitu dengan usahanya memperbaiki dan memperluas metode eksperimental (metode ilmiah dalam ilmu pengetahuan alam)
Ø  Immanuel Kant (1724-1804), berpendapat bahwa memuliakan menusia, menjunjung tinggi kepribadian menusia, member martabat manusia adalah sesuatu kedudukan yang tinggi. Karena itu sejalan dengan konsep progresivisme yang selalu menghendaki perubahan dan kemajuan.
Ø  Hegel, mengajarkan bahwa alam dan masyarakat bersifat dinamis, selamanya dalam keadaan gerak, dalam proses perubahan dan penyesuaian yang tak ada hentinya.

TOKOH-TOKOH PROGRESIVISME
Filsafat progresivisme dikembangkan oleh para ahli seperti John Dewey, William Kilpatrick, George Count, dan Harold Rugg di awal abad 20. Progresivisme  menekankan pendidikan yang berpusat pada siswa dan memberi penekanan lebih besar pada kreativitas, aktivitas,belajar ‘naturalistik’, hasil belajar dunia nyata, dan juga pengalaman teman sebaya.
1.      William James (1842-1910).
William James adalah seorang psikolog dan seorang filsuf Amerika yang sangat terkenal. Paham dan ajarannya sangat berpengaruh di berbagai Negara Eropa dan Amerika. Meskipun demikian, dia sangat terkenal di kalangan umum Amerika sebagai penulis yang sangat brilian, dosen serta penceramah dibidang filsafat, juga terkenal sebagai pendiri pragmatisme. James berkeyakinan bahwa otak atau pikiran harus memiliki fungsi biologis dan nilai kelanjutan hidup, seperti halnya aspek dari eksistensi organik. Dan menegaskan agar fungsi otak atau pikiran dipelajari sebagai bagian dari mata pelajaran pokok dari ilmu pengetahuan alam. Jadi James menolong untuk membebaskan ilmu jiwa prakonsepsi teologis, dan menempatkannya pada di atas dasar ilmu perilaku. Buku karangannya yang berjudul ‘prinsiples of psycology’ yang terbit tahun 1890 yang membahas dan mengembangkan ide-ide tersebut, dengan cepat menjadi ilmu klasik dalam bidang itu, hal inlah yang mengantarkan William James terkenal sebagai ahli filsafat pragmatisme dan empirisme radikal.
2.      John Dewey (1859-1952)
John Dewey adalah seorang professor di Universitas Chicago. Teorinya tentang sekolah adalah “progresivisme” yang menekankan pada anak didik dan minatnya daripada mata pelajaran itu sendiri. Maka munculah ‘child centered curriculum’ dan ‘child centered school’. Progresivisme mempersiapkan anak masa kini di banding masa depan yang belum jelas, seperti yang di ungkapkan Dewey dalam bukunya “my pedagogical creed”, bahwa pendidikan adalah proses dari kehidupan dan bukan persiapan masa yang akan datang. Aplikasi ide Dewey anak-anak banyak yang berpartisipasi dalam kegiatan fisik peminatan.
Dewey mengembangkan pragmatisme dalam bentuknya yang orisinil, tapi meski demikian namanya sering pula dihubungkan dengan versi pemikiran yang disebut instrumentalisme. Adapun ide filsafatnya yang utama, berkisar dalam hubungan dengan problema pendidikan yang konkrit, baik teori maupun praktik. Dewey terkenal oleh internasional berkat sumbangan pemikirannya terhadap filsafat pemdidikan progresivisme Amerika. Dewey tidak hanya berpengaruh dalam kalangan ahli filsafat professional, akan tetapi juga karena perkembangan idenya yang fundamental dalam bidang ekonomi, hukum, antropologi, teori politik adan ilmu jiwa. Dewey adalah juru bicara yang sangat terkenal di Amerika Serikat dari cara-cara kehidupan demokratis.
3.      Hans Vaihinger (1852-1933)
Menurutnya arti kata ‘tahu’ itu hanya mempunyai arti praktis persesuaian dengan objeknya tidak mungkin dibuktikan, satu-satunya ukuran bagi berpikir ialah ‘gunanya’ (dalam bahasa yunani pragma) untuk mempengaruhi kejadian-kejadian di dunia. Segala pengertian itu sebenarnya hanya buatan semata jika pengertian itu berguna untuk mengusai dunia, bolehlah di anggap benar, asal orang tahu saja bahwa kebenaran ini tidak lain kecuali kekeliruan yang berguna saja.
4.      George Santaya
George digolongkan pada penganut pragmatism ini, tapi amat sukar untuk memberikan sifat bagi hasil pemikirannya, karena banyak pengaruh yang bertentangan dengan apa yang dialaminya.
5. Sosialisme
1Sosialisme (sosialism) secara etimologi berasal dari bahasa Perancis sosial yang berarti kemasyarakatan. Istilah sosialisme pertama kali muncul di Perancis sekitar 1830. Umumnya sebutan itu dikenakan bagi aliran yang masing-masing hendak mewujutkan masyarakat yang berdasarkan hak milik bersama terhadap alat-alat produksi, dengan maksud agar produksi tidak lagi diselenggarakan oleh orang-orang atau lembaga perorangan atau swasta yang hanya memperoleh laba tetapi semata-mata untuk melayani kebutuhan masyarakat. Dalam arti tersebut ada empat macam aliran yang dinamakan sosialisme: (1) sosial demokrat, (2) komunisme,(3) anarkhisme, dan (4) sinkalisme (Ali Mudhofir, 1988). Sosialisme ini muncul kira-kira pada awal abad 19, tetapi gerakan ini belum berarti dalam lapangan politik. Baru sejak pertengahan abad 19 yaitu sejak terbit bukunya Marx, Manifes Komunis (1848), sosialisme itu (seakan-akan) sebagai faktor yang sangat menentukan jalannya sejarah umat manusia.
Bentuk lain adalah sosialisme Fabian yaitu suatu bentuk dari teori sosialisme yang menghendaki suatu transisi konstitusional dan pengalihan bertahap pemilikan dan sarana produksi kepada Negara. Tidak akan dilakukan teknik-teknik revolusioner dan lebih ditekankan pada metode pendidikan. Aliran ini mencoba cara yang praktis untuk memanfaatkan semua sarana legislatif untuk pengaturan jam kerja, kesehatan, upah dan kondisi kerja yang lain. Bentuk sosialisme ini didukung oleh Fabian society yang didirikan 1884. Tokoh gerakan sosial di Inggris berasal dari kelompok intelektual di antaranya George Bernard Shaw, Lord Passfield, Beatrice Webb, Graham Wallas dan GDH Cole
2Tokoh –tokoh pemikir Sosialisme:
a.      Robert Owen (1881 – 1858)
          Ia menyatakan bahwa lingkungan sosial berpengaruh pada pembentukan karakter manusia. Ia                   berusaha mencari caranya dengan meningkatkan kesejahteraan pekerjanya.

b.      St. Simon (1760-1858)
          Dia merupakan bapak sosialisme. Dia adalah orang pertama yang menyerukan perlunya sarana-               sarana produksi agar dimiliki sepebuhnya oleh pemerintah.

c.      Thomas Moore
          Thomas Moore adalah seorang sosialis kapitalis yang menurutnya sosialisme merupakan reaksi                dari kapitalisme. Sosialisme hanya dapat berkembang di negara tradisi liberal yang berkembang,                sedangkan di negara yang tidak memiliki tradisi ini, sosialisme berubah menjadi faisme.

6. Pragmatisme
Aliran pragmatisme lahir di Amerika, sehingga sering dipandang sebagai filsafat Amerika asli. Namun, sebenarnya pragmatisme berpangkal pada filsafat empirisme Inggris. Pendiri filsafat pragmatisme adalah Charles Sanders Peirce, William James dan John Dewey.
Istilah pragmatisme berasal dari kata pragma, yang berarti praktek atau aku berbuat. Maksudnya bahwa makna segala sesuatu tergantung dari hubungannya dengan apa yang dapat dilakukan. Istilah lain untuk menyebut aliran pragmatisme antara lain instrumentalisme dan eksperimentalisme. Disebut instrumentalisme karena aliran ini menganggap bahwa dalam hidup ini tidak dikenal tujuan akhir, melainkan hanya tujuan antara dan sementara yang merupakan alat untuk mencapai tujuan berikutnya, termasuk dalam pendidikan. Sedangkan dikatakan eksperimentalisme, karena filsafat ini menggunakan metode eksperimen dan berdasarkan pengalaman dalam menentukan kebenaran.
Secara sederhana, pragmatisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa kriteria kebenaran sesuatu ialah apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata. Oleh karena itu, sifat kebenaran menjadi relatif dan tidak mutlak. Mungkin suatu peraturan sama sekali tidak memberikan manfaat bagi masyarakat tertentu, tetapi terbukti bermanfaat bagi masyarakat yang lain. Dengan kata lain, pragmatisme tidak mempersoalkan tentang apa hakikat pengetahuan, melainkan menanyakan apa guna pengetahuan tersebut.
1.                  TOKOH ALIRAN PRAGMATISME
a.                   Charles Sanders Peirce (1839-1914)
Pragmatisme Peirce dilandasi oleh fisika dan matematika, serta logika simbolik. Peirce menyatakan bahwa yang penting adalah pengaruh apa yang dapat dilakukan sebuah pengetahuan dalam suatu rencana. Nilai dari suatu pengetahuan bergantung pada penerapannya yang nyata dalam masyarakat. Pengetahuan yang dimiliki manusia dikatakan benar bukan karena pengetahuan itu mencerminkan kenyataan, melainkan dikatakan benar kalau dapat membuktikan manfaatnya bagi umum. Pragmatisme Peirce ini disebut eksperimentalisme.
a.                   William James (1842-1910)
William James adalah seorang profesor di Harvard University. Pragmatisme James adalah personal, psikologis, dan bahkan religius. Pragmatisme James disebut juga praktikalisme. Menurut James, teori merupakan alat untuk memecahkan masalah. Karena itu, teori harus dinilai berdasarkan keberhasilannya menjalankan fungsinya. Tidak ada kebenaran yang mutlak, yang berlaku umum, bersifat tetap dan berdiri sendiri. Kebenaran itu akan selalu berubah, sejalan dengan perkembangan pengalaman, karena apa yang dikatakan benar dapat dikoreksi pada pengalaman selanjutnya.
b.                   John Dewey (1859-1952)
Pragmatisme Dewey dilandasi oleh sains-sains sosial dan biologi. Dewey memiliki pandangan yang disebut instrumentalisme. Menurut Dewey, berpikir ilmiah merupakan alat untuk memecahkan masalah. Pengalaman manusia membentuk aktivitas untuk memperoleh pengetahuan. Manusia tidak hanya berpikir biasa, melainkan berpikir secara reflektif. Reflective thinking akan terjadi apabila kita menghadapi masalah. Pikiran/akal kita gunakan sebagai alat untuk memecahkan masalah tersebut, sehingga memperoleh pengetahuan. Eksperimen adalah bagian pokok dalam proses pengetahuan.
Dewey menerapkannya ke dalam proses pendidikan. Ia mengembangkan metode problem solving (metode pemecahan masalah). Dalam problem solving tersebut, peserta didik diajak untuk berpikir ilmiah dengan tahap: anak menghadapi masalah, menganalisis masalah, menyusun hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis hipotesis, menguji, mencoba dan membuktikan.

Filsafat Pendidikan Matematika Oleh: Agnes Teresa Panjaitan ( 187092510 1 3 ) Prof. Dr. Marsigit, M.A M...